Warga Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman dikejutkan
oleh semburan api besar dari dalam tanah. Semburan tersebut mengeluarkan
suara yang besar hingga membuat warga kebisingan.
Sebanyak 2
orang dilaporkan terluka akibat semburan api. Satu di antaranya dari
warga sekitar dan satu lainnya dari pihak pemadam kebakaran. Petugas
pemadam mengalami luka bakar di bagian kaki karena tidak menggunakan
peralatan standar.
Semburan panas tersebut terjadi di kawasan
Dusu Kranggan 1, RT 03/RW 08, Jogotirto, Berbah, Sleman. Menurut seorang
warga setempat, Marjo, semburan tersebut mulai terjadi pada Minggu 2
November malam, sekitar pukul 19.00 WIB. Namun intensitas semburan mulai
mengecil sejak pukul 24.00 WIB.
"Dari tadi malam jam 7. Pokoknya
api besar dan suara besar gitu. Tapi setelah jam 12 terus mulai
mengecil," kata Marjo kepada Liputan6.com di sekitar lokasi, Senin
(3/11/2014).
Pantauan
Liputan6.com, sejak Senin
pagi, warga sekitar datang ke sekitar lokasi untuk melihat semburan api.
Kini tanah yang dikabarkan milik warga Munggur Bantul bernama Jafar itu
telah dipasang garis polisi.
Proses Kimiawi
Kepala BPBD DIY Gatot Saptadi
mengatakan semburan panas itu terjadi karena proses kimiawi dari
bahan-bahan misalnya bekas batubara, yang ada dalam bongkahan tanah yang
ditimbun pemiliknya. Namun ia menyerahkan penyebab semburan panas ke
Badan Lingkuhan Hidup (BLH) Sleman.
"Yang jelas ini, komponennya
bongkaran itu sejak gempa, (bahannya) campur aduk. Bisa juga dari sisa
pembakaran pabrik gula madukismo yang komponennya macem-macem dari tebu,
bisa dari sekam dan sebagainya. Ini proses kimia yang muncul," ujar
Gatot Senin (3/11/2014).
Menurut dia, pihak BPBD Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) telah melakukan antisipasi potensi bencana kepada
masyarakat dengan menyemprot air dan memberikan peringatan ke warga
untuk tidak mendekati lokasi pada jarak tertentu.
"Tugas kita
mengamankan potensi bencana dari masyarakat dijauhkan dulu agar tidak
aktivitas di situ. Kalau saya sederhana harus dibongkar itu. Tapi tidak
manual harus alat berat," ujar Gatot.
Hal senada juga disampaikan
Camat Berbah Tina Hastani. Dia mengatakan semburan panas yang terjadi
di wilayahnya disebabkan karena proses pembakaran bekas batubara dan
bukan karena proses alam.
"Hasil analisis awal hasil dari sisa
timbunan pembakaran batubara. Memang ditimbun di situ juga. Karena
proses panas matahari juga dan di atasnya pori-porinya ditutup jadi umup
(menguap). Jadi analisis pertama tidak dari lapisan panas bumi tapi
dari timbunan sisa batubara," ujarnya.
Tina menjelaskan saat ini
lokasi penimbunan bekas batubara sudah dipadamkan dengan menggunakan 3
mobil pemadam kebakaran. Selanjutnya pihak dari Badan Lingkungan Hidup
(BLH) yang akan meneliti fenomena tersebut.
"Ini tadi sudah
dilakukan penyemprotan setelah ini ada dari BLH yang akan meneliti kadar
air disekitar lokasi. Kita nunggu itu," ujarnya.
Limbah batubara
Kepala
Seksi Pelayanan dan Kajian Lingkungan Kantor BLH Sleman, Isti
Kurniawati semburan api itu dipastikan bukan dari proses alam namun
proses kimiawi. Timbunan tanah yang menyemburkan api itu menyimpan
limbah bahan-bahan bekas batubara yang menyebabkan keluarnya api dan
asap. Limbah batubara diketahui berasal dari pabrik Madukismo di wilayah
Kabupaten Bantul.
Menurut dia, BLH Sleman masih melakukan
koordinasi dengan BLH DIY. Sebab penghasil limbah batubara berdomisili
di wilayah Bantul, sementara pembuangan limbah berada di Sleman,
sehingga perlu adanya koordinasi tersebut.
"Ini kan lintas ya,
kegiatan ini kan di Bantul. Sementara lokasi pembuangan di Sleman. Kita
koordinasi BLH Propinsi. Kita kan ngga bisa intervensi ke Madukismo.
Aturan kan limbah B3 penghasil itu harus bertanggung jawab penuh mulai
penyimpanan pengangkutan sampai penimbunan terakhir," ujar Isti di
lokasi.
Dia menegaskan, penimbunan limbah batubara harus memiliki izin, baik dari Kementerian Lingkungan Hidup dan BLH Sleman.
Sumber :
liputan6 news