Assosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) DIY bekerjasama
dengan Junior Chamber Internasional Indonesia Yogyakarta dan di dukung
oleh Jambuluwuk Bouteque Hotel Yogyakarta menyelenggarakan pelatihan
membatik di Hotel Jambuluwuk yang terletak di jalan Gajah Mada No.67
Yogyakarta, Sabtu (13/9).
Kegiatan tersebut diikuti kurang lebih
oleh 100 peserta yang terdiri dari anggota APMMI, komunitas model,
koreografer, fotografer, make up artis, komunitas model jadul, komunitas
penari salsa, fashionista.
Ketua APPMI DIY, Lia Mustofo
mengatakan kegiatan tersebut sengaja dilakukan untuk melatih anggota dan
beberapa komunitas yang ada di APMI yang akan ambil bagian dalam upaya
pemecahan rekor batik terpanjang di Indonesia yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan UKM (Disperindagkop) DIY.
“Pada hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober 2014, Disperindagkop DIY akan menggandeng masyarakat untuk membuat batik guna memecahakan rekor batik
terpanjang di Indonesia. Dan kami ikut ambil bagian dalam kegiatan
tersebut. Kami nantinya akan mengirimkan 150 orang dan saat ini telah
kami daftarkan,” ungkap Lia.
Diharapkan dengan pelatihan ini,
nantinya peserta yang dikirim oleh APPMI Yogyakarta tidak mengalami
kesulitan saat membatik bersama masyrakat lainya.
“Selain itu, melalui kegiatan ini kami juga berharap para generasi muda yang mengikuti pelatihan ini lebih menghargai batik dan para pekerja batik, karena membatik itu tidak mudah dan memrlukan proses yang rumit dan panjang,” tambah Lia.
Sementara
itu, Amin Hendra salah satu desainer senior Yogyakarta yang menjadi
pemateri dalam pelatihan membatik tersebut mengatakan, para peserta
diajari membatik mulai dari awal.
“Setiap peserta mulai dari membuat desain batik sendiri. Mereka kami bebaskan untuk membuat sketsa batik menurut kreatifitas mereka masing-masing,” ujar Amin.
Kemudian
proses tersebut dilanjutkan dengan mencoret, selanjutnya dicanting
dengan malam. Untuk proses pewarnaannya menggunakan metode colet karean
keterbatasan tempat.
“Untuk warnanya kami menggunakan warna sol dan rapid. Untuk
mengeluarkan warna asli dari kain yang telah dibatik, perlu dilakukan
afikasi dengan menggunakan cairan HCL,” terang Amin. Para peserta
pelatihan tersebut membatik diatas kain katun berukuran 30x30
centimeter.
Nur Indah Chandra, salah satu pesrta yang mengikuti
pelatiha tersebut beranggapann bahwa membatik adalah kegiatan yang
menyenangkan.
Perempuan yang berprofesi sebagai model tersebut sebelumnya juga pernah membatik sebelumnya.
“Mungkin
sudah lebih dari tujuh kali saya mengikuti kegiatan membatik. Dengan
mengikuti kegiatan seperti ini, saya jadi lebih tahu bagaimana proses
pembuatan batik dan lebih menghargainya. Selain itu denagn mempelajari batik, saya juga ikut melestarikan batik sebagai slah satu warisan budaya asli Indonesia,” ungkap Chandra.
Sumber : tribunnews.com