Tampilkan postingan dengan label Pecahkan Rekor Batik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pecahkan Rekor Batik. Tampilkan semua postingan

Jumat, 31 Oktober 2014

APPMI DIY akan Pecahkan Rekor Batik

APPMI DIY akan Pecahkan Rekor Batik
Assosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) DIY bekerjasama dengan Junior Chamber Internasional Indonesia Yogyakarta dan di dukung oleh Jambuluwuk Bouteque Hotel Yogyakarta menyelenggarakan pelatihan membatik di Hotel Jambuluwuk yang terletak di jalan Gajah Mada No.67 Yogyakarta, Sabtu (13/9).

Kegiatan tersebut diikuti kurang lebih oleh 100 peserta yang terdiri dari anggota APMMI, komunitas model, koreografer, fotografer, make up artis, komunitas model jadul, komunitas penari salsa, fashionista.

Ketua APPMI DIY, Lia Mustofo mengatakan kegiatan tersebut sengaja dilakukan untuk melatih anggota dan beberapa komunitas yang ada di APMI yang akan ambil bagian dalam upaya pemecahan rekor batik terpanjang di Indonesia yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan UKM (Disperindagkop) DIY.

“Pada hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober 2014, Disperindagkop DIY akan menggandeng masyarakat untuk membuat batik guna memecahakan rekor batik terpanjang di Indonesia. Dan kami ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Kami nantinya akan mengirimkan 150 orang dan saat ini telah kami daftarkan,” ungkap Lia.

Diharapkan dengan pelatihan ini, nantinya peserta yang dikirim oleh APPMI Yogyakarta tidak mengalami kesulitan saat membatik bersama masyrakat lainya.

“Selain itu, melalui kegiatan ini kami juga berharap para generasi muda yang mengikuti pelatihan ini lebih menghargai batik dan para pekerja batik, karena membatik itu tidak mudah dan memrlukan proses yang rumit dan panjang,” tambah Lia.

Sementara itu, Amin Hendra salah satu desainer senior Yogyakarta yang menjadi pemateri dalam pelatihan membatik tersebut mengatakan, para peserta diajari membatik mulai dari awal.

“Setiap peserta mulai dari membuat desain batik sendiri. Mereka kami bebaskan untuk membuat sketsa batik menurut kreatifitas mereka masing-masing,” ujar Amin.

Kemudian proses tersebut dilanjutkan dengan mencoret, selanjutnya dicanting dengan malam. Untuk proses pewarnaannya menggunakan metode colet karean keterbatasan tempat.

“Untuk warnanya kami menggunakan warna sol dan rapid. Untuk mengeluarkan warna asli dari kain yang telah dibatik, perlu dilakukan afikasi dengan menggunakan cairan HCL,” terang Amin. Para peserta pelatihan tersebut membatik diatas kain katun berukuran 30x30 centimeter.

Nur Indah Chandra, salah satu pesrta yang mengikuti pelatiha tersebut beranggapann bahwa membatik adalah kegiatan yang menyenangkan.

Perempuan yang berprofesi sebagai model tersebut sebelumnya juga pernah membatik sebelumnya.

“Mungkin sudah lebih dari tujuh kali saya mengikuti kegiatan membatik. Dengan mengikuti kegiatan seperti ini, saya jadi lebih tahu bagaimana proses pembuatan batik dan lebih menghargainya. Selain itu denagn mempelajari batik, saya juga ikut melestarikan batik sebagai slah satu warisan budaya asli Indonesia,” ungkap Chandra.

Sumber : tribunnews.com